Jakarta_Info, Selamat pagi Indonesia yang disiarkan live dari Rutan Jakarta Pusat (salemba) melalui televisi Metro TV dalam mengupas salah satu kasus kaburnya seorang tahanan kasus pembunuhan yang disertai pemerkosaan anak yakni anwar alias rizal yang dibantu oleh istrinya. Perbincangan ini juga dihadiri oleh Narasumber Reza Indra Giri Ketua pemenuhan bidang anak LPA Indonesia.
Lidya repoter metro tv memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa seluruh pengunjung yang datang ke rutan salemba ini melewati pengawasan dan pengaman yang cukup ketat.
"Modus yang digunakan istri anwar ini adalah dengan menggunakan hijab dan gamis yang dipakai oleh anwar untuk mengelabui petugas, salah satu modus yang digunakan oleh Istri anwar untuk membantu anwar keluar dari rutan salemba juga dengan membawa spidol untuk memberikan kesan memang sudah di cap. Ada sekitar tiga ribuan orang lebih yang datang untuk membesuk/mengunjungi wargabinaan, kesempatan inilah yang digunakan isteri anwar" ucap Lidya repoter Metro TV.
"Pada saat hari Raya Idul Fitri 1437H/2016M, jumlah tahanan yang berada di rutan salemba sebanyak 3469 orang, penjagaan yang khusus menangani pengamanan hanya 27 orang dan untuk layanan besuk/kunjungan sebanyak 76 orang. Idealnya isi penghuni untuk rutan salemba ini sesuai dengan kapasitas hanya 800 orang" ungkap Endang Sudirman Kakanwil Kemenkumham DKI Jakarta.
Fakta anwar melarikan diri dari rutan salemba yang disebut-sebut sebagai predator anak itu menunjukkan bukan sebagai warga yang taat hukum, warga binaan yang tidak siap menerima perlakuan, treatmen, rehabilitasi, penyembuhan, modifikasi prilaku atau apapun istilahnya dia tetap melakukan aksinya sebagai bentuk perlawanan terhadap norma, perlawanan terhadap kekuasaan. Ada tiga ciri orang yang tidak bisa direhabilitasi Usia yang muda, pendidikan rendah dan kecenderungan anti sosial semua ini dimiliki oleh seorang anwar pelaku pelarian dari rutan salemba.
Kondisi didalam rutan yang memungkinkan untuk anwar melakukan pelarian, salah satunya dikarenakan treatmen sesama warga binaan yang tidak menyukai apabila terdapat tahanan mendapati kasus pelaku kekerasan anak, pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Idealnya kita harus mengubah filosofi penghukuman kita dari yang semula punitif menghukum menyakiti menjadi lebih pada reintegratif menyatukan kembali orang-orang bermasalah ketengah masyarakat (diversi). "Ujar Reza Indra Giri Ketua pemenuhan bidang anak LPA Indonesia.
Tapi persoalannya apa reintegrasi atau diversi sebagai sebuah filosofi penghukuman kontemporer itu mengisyaratkan masyarakat memang pada dasarnya sudah memiliki budaya taat hukum, itulah yang memungkinkan orang bermasalah diedukasi kembali oleh masyarakat.
"Mana ada hukuman yang tidak melanggar Hak Asasi Manusia, semua hukuman seringan apapun anak kecil dihukum 2 menit berdiri di depan kelas sesungguhnya itu sudah termasuk pelanggaran hak asasi manusia" tambah reza indra giri.